Toleransi

Jengah nggak sih? Di Bulan Ramadan yang syahdu ini linimasa dipenuhi berita yang berbunyi tentang toleran dan tidak toleran, hormati dan tidak menghormati, perdebatan pun terus terjadi .. ada yang membawa - bawa ayat suci ada juga yang menggunakan hak asasi, semua demi kepuasan pribadi .. semua demi "benar"nya sendiri .. Saya? Duduk dan terdiam, mengingat sebuah kejadian yang terjadi kurang lebih 17-18 tahun yang lalu

Pernahkah kalian ada di sebuah situasi perang? situasi dimana salah memilih jalan saja nyawa bisa hilang? atau dikala harus memilih antara berbohong demi keselamatan atau meregang nyawa memegang erat kejujuran atas keyakinan? Ini adalah cerita tentang keluarga saya dan mungkin banyak individu dan keluarga lainnya yang tidak tahu apa - apa tapi ikut terjebak dalam konflik antar umat beragama yang terjadi di Ambon.

Kalian tahu disaat kalian memegang buku di sekolah, belajar menghadap papan tulis sambil mendengarkan pemaparan dari bapak ibu guru kalian ada anak - anak yang terpaksa tidak bisa sekolah .. bukan hanya karena kondisi yang tidak aman untuk mencapai sekolah tapi ada juga yang sekolahnya hangus terbakar, rata dengan tanah .. Itu yang terjadi dengan sekolah saya. Beberapa hari sebelum kejadian itu saya masih bersekolah, masih bertemu dengan teman - teman, meski harus bersiap bubar begitu tanda peringatan situasi darurat berbunyi kencang. Saya juga masih sempat melihat secara langsung dari jarak yang cukup jauh (dan untungnya aman) bagaimana aparat kepolisian berusaha menghentikan perang yang sedang terjadi .. Apakah saya hiperbolik menyebutnya perang? Mungkin saja .. Tapi saat banyak nyawa yang menjadi korban, kamu tidak bisa menyebutnya hanya sekedar tawuran.

Bahkan berada didalam rumah pun suasana mencekam cukup terasa, setiap hari kami menunggu kepulangan papa dari kantor kala itu dengan harap - harap cemas, kami tinggal disebuah wilayah yang sangat tidak ideal sebenarnya bagi keluarga muslim, di gang itu hanya keluarga kami yang bergama muslim, kami dikelilingi oleh warga ambon lainnya yang beragama Kristen. Membunuh kami adalah hal yang mudah jika mereka menginginkan hal itu ..
Di tengah situasi yang gawat om saya pun sempat mendapat informasi bahwa ada rencana untuk menghabisi keluarga kami, situasi semakin tidak menyenangkan, kami tidak bisa bertahan tapi untuk pergi pun kami belum menemukan solusi terbaik untuk mencapai pelabuhan.

Pada titik inilah keluarga kami mendapat pelajaran paling berharga tentang toleransi, tentang bagaimana naluri manusia untuk saling melindungi itu benar adanya, ada tokoh agama kristen dan beberapa warga kristen di daerah kami yang datang ke rumah dan bercakap - cakap dengan orang tua saya kala itu, mereka menjamin keamanan dan keselamatan kami apabila memang tidak ada pilihan lain selain bertahan dan tetap tinggal, dan mereka juga yang mengundang papa dan om saya untuk ikut berjaga di pos kamling untuk menghindari hal - hal yang tidak diinginkan..

Apa yang mereka sampaikan, apa yang mereka lakukan tidak hanya memberi rasa lega bagi kami itu tapi juga rasa terima kasih tak terhingga yang belum bisa kami balas sampai saat ini .. Memang kami kemudian memutuskan untuk pergi, untuk meninggalkan Ambon dengan sejuta keindahannya .. tetapi kami pergi dengan sebuah kepercayaan bahwa masih ada kemanusiaan di hati kita semua, masih ada pikiran jernih diantara hati yang terbalut emosi kala itu ..

Karena itu .. mari kita bicara toleransi ..
Mari kita bicara saling menghargai
Apabila pikiran kalian jernih dan tidak dikuasai emosi
Dan melakukan segala cara untuk mengumbar amarah dan menebar benci
Mungkin kalian tidak pernah mengalami apa yang keluarga saya alami
Mungkin kalian juga akan menuduh saya mengarang dan menganggap cerita ini adalah fantasi
Tapi saya percaya di hati kita semua masih ada sisi yang berusaha berontak
Sisi hati yang ingin memaksa otak kita untuk mau mengerti
Karena itu .. berhentilah, berdamailah
Jika kalian berpuasa maka jagalah kesucian Ramadan dengan hati kalian
Jika kalian tidak berpuasa maka dengarkan suara terjernih dari dalam hati kalian
Bukankah akan indah jika kita berhenti mempermasalahkan
Siapa harus menghargai siapa ..
Jika alasan agama membuat kalian tidak mampu saling menghargai
Bagaiman dengan alasan bahwa kita sama - sama manusia yang sedang berjuang hidup saja?
Bukankah itu jauh lebih mudah dimengerti dan sederhana?

Komentar

Postingan Populer