The Butterfly Effect, The Braess Paradox : Teori - Teori Yang Mungkin Ingin Kamu Buktikan Sendiri.

Saya adalah penggemar teori yang aneh - aneh, bukan .. bukan teori konspirasi atau yang sejenis (karena itu kebanyakan cocoklogy tapi kudos sih buat yang ngeluarin itu, daya imajinasinya tinggi meski kemampuan pembuktiannya masih perlu ditingkatkan) tetapi teori yang dicetuskan oleh seorang ilmuwan yang bisa diukur dan dibuktikan dengan jelas.

Edward Norton Lorenz
www.technologyreview.com


Awalnya saya hanya mengagumi satu teori yang mungkin terdengar absurd bagi banyak orang, The Butterfly Effect yang diawali oleh Chaos Theory yang keduanya bersumber dari orang sama Edward Norton Lorenz seorang Mathematician kelahiran Amerika. Teori ini mengatakan bahwa sebuah hal besar diawali hal - hal kecil, sebuah badai topan raksasa dimulai dari angin kecil yang berasal dari hempasan sayap kupu - kupu (kebayang kan kecilnya?) beberapa minggu sebelumnya. Teori ini banyak dipakai di kemudian hari untuk menganalisa perubahan iklim dan cuaca yang tak menentu. Saya pernah nonton sebuah serial superhero Amerika berjudul No Ordinary Family yang kemudian dicancel karena ratingnya buruk, dalam serial ini ada seorang tokoh manusia dengan kekuatan super (ironisnya dia bad guynya sih) yang bisa menimbulkan sebuah kejadian besar hanya dengan satu gerakan kecil, di salah satu episode awal ceritakan dia menyebabkan sebuah kecelakaan besar hanya dengan dia memantulkan sebuah koin ke tiang listrik yang kemudian berakibat rentetan panjang kejadian yang berujung kecelakaan besar tersebut. Saat dia akan melakukan itu di dalam pengelihatannya dia terlihat pengukuran matematis tentang sudut, kecepatan, energi dan efek. Sangat impresif sebenarnya tapi sayangnya serial dicancel karena mungkin scriptwriternya capek mikir gimana nulis teori fisika, kimia dan matematika sebanyak itu sampai - sampai urusan lain seperti percakapan, dll terabaikan.

Lorenz Strange Attractor
Wikipedia

Dari teori The Butterfly Effect saya kemudian percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini saling terkoneksi 1 sama lain, seabsurd apapun itu hubungannya, sejauh apapun kejadiannya, seberapa panjang pun perbedaan waktu diantaranya. Mungkin kebahagiaan kita saat ini diawali oleh sebuah senyuman manis dari seorang cucu terhadap kakeknya di Madagaskar sana, atau berakhirnya sebuah hubungan diawali oleh seorang koki yang salah memasukkan garam dan bukan gula ke minuman pesanan pelanggannya di Azerbaijan sana.. who knows?

Dietrich Braess
https://owpdb.mfo.de



Teori kedua yang menjadi perhatian saya adalah Braess Paradox yang dikemukakan oleh Dietrich Braess seorang mathematician dari Jerman. Teori ini berkaitan erat dengan lalu lintas dan memang berasal dari penelitian tentang itu. Teori ini berlawanan arah dengan apa yang banyak dilakukan pemerintah di Indonesia pada umumnya, yaitu menyelesaikan masalah kemacetan dengan menambah jumlah jalan. Braess Paradox justru menyatakan bahwa mengurangi jumlah jalan atau mempersempit lebar jalan dapat mengurai kemacetan dan meningkatkan kecepatan arus lalu lintas. Terdengar absurd kan? Tapi coba dipikir dan dianalisa dengan sedikit mendalam saja (mikiro sitik po'o!) yang menjadi permasalahan kemacetan adalah jumlah kendaraan di jalan, setiap hari semakin bertambah tetapi jumlah jalan tidak bertambah lebar, oke kemudian lebar jalan ditambah dan kemacetan pun terurai tapi apakah itu kemudian menghentikan orang untuk membeli dan menggunakan kendaraan bermotor? Tidak, orang masih akan membeli dan menggunakan kendaraan bermotor dan seiring bertambahnya jumlah penduduk maka semakin banyak pula kendaraan bermotor yang akan hadir di jalan dan ujungnya adalah kemacetan lagi, lalu apa? mau nambah jalan lagi? Sekota entar isinya jalan semua dong? Nonsense.

 Video penjelasan sederhana tentang Braess Paradox

Mengurangi atau mempersempit lajur disini bukan dengan membetonnya atau memasang pagar tetapi dengan menghadirkan lajur khusus, katakanlah ada jalan seukuran 16 meter lebarnya, yang biasanya semuanya digunakan oleh kendaraan pribadi ubah menjadi hanya 8 meter yang bisa digunakan oleh kendaraan pribadi, khususkan 4 meter disisi kiri untuk lajur sepeda dan 4 meter di sisi kanan untuk BRT yang cepat, layak dan nyaman. Diawal mungkin kemacetan masih akan terjadi tapi saat orang mulai berpikir bahwa "kok naik sepeda lebih cepat?" atau "kok BRTnya enak banget bisa melaju sendiri dan lebih cepat?" disitulah perubahan pola pikir akan terjadi dan mereka akan beralih moda transportasi, kemacetan pun terurai. Tapi harus tegas, jangan ada pejabat boleh lewat lajur khusus tersebut. Itu mah sama aja bohong. Eh tapi penjelasan diparagraf ini mirip sesuatu ya .. ah iya The Butterfly Effect again :p

Teori Braess Paradox ini sendiri mengajarkan sebuah hal, bahwa solusi yang menurut pandangan kita "nggak mungkin" bisa jadi adalah solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. So be wise with your mind.

Masih banyak teori - teori aneh lain yang bisa dieksplorasi, dan buat saya yang nilai matematika dan fisikanya amburadul .. ini adalah kemajuan :))

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer