Tidak Memilih Adalah Pilihan

9 Desember 2015, Dunia memperingatinya sebagai Hari Anti Korupsi sementara di Indonesia sebuah pesta politik besar sedang terjadi. Pilkada serentak diadakan hari ini di banyak daerah di Indonesia, rakyat kembali diminta untuk memilih orang yang akan memimpinnya (dalam skala yang lebih kecil) untuk jangka waktu 5 tahun ke depan. Dinamika pun tetap terjadi meski tingkat panasnya tidak seperti Pilpres tahun lalu namun ada banyak kejadian yang mewarnai jalannya proses Pilkada ini. Sebagai contoh silahkan perhatikan bagaimana ruwetnya proses pelaksanaan Pilkada di Surabaya.

Sebagai Warga Negara Indonesia saya tentu memiliki hak untuk memilih orang yang akan jadi pemimpin saya, teringat bagaimana proses sebelum - sebelumnya saya pun melakukan riset kecil - kecilan mengenai calon pemimpin yang akan memimpin daerah yang tertera di KTP saya, siapa mereka, bagaimana latar belakangnya, dan apa visi - misinya. I want to know, i have to know wether i'll use my vote for good or not .. dan akhirnya hari ini saya memutuskan untuk Tidak Memilih. Bukan berarti saya golput, saya menolak untuk disebut golput, sebut saja saya.. umm GANGBANG (GolongAn yaNG memutuskan setelah Berpikir panjANG)

Kenapa saya tidak memilih? karena saya kehabisan alasan untuk membenarkan tindakan saya menggunakan hak pilih saya. Kenapa kok bisa kehabisan? karena saya tidak menemukan 1 alasan pun bahkan yang paling lemah sekalipun untuk mempercayakan hak pilih saya untuk salah satu calon pemimpin daerah. Apakah mereka seburuk itu? Menurut saya ya, terserah menurut anda bagaimana.
Beberapa minggu terakhir kita tentu melihat bagaimana dagelan politik yang terjadi di level eksekutif dan legislatif, apakah hal tersebut tidak mempengaruhi pola pikir dan pilihan masyarakat? Harusnya sih iya, masyarakat bisa melihat sendiri bagaimana tingkah laku para wakil rakyat yang dulu mereka pilih untuk mewakili mereka. Akhirnya muncul tagar #boikotpartaipapa ya kan? yang mengarahkan untuk tidak memilih salah satu partai dan tentu saja beserta koalisinya. Ini adalah bentuk kekecewaan masyarakat, tapi bukannya partai itu sendiri emang udah sering bikin kacau ya? sebagai contoh di Riau sana kalau tidak salah 3 gubernur terakhirnya masuk bui semua karena kasus korupsi, dan silahkan tebak saja mereka bertiga dari partai mana..

Tidak Memilih adalah sebuah pilihan yang realistis bagi saya, ini cara saya berdemokrasi, dengan saya tidak memilih saya ingin menyampaikan pesan kepada para partai - partai politik itu bahwa saya tidak menyukai orang yang mereka sokong untuk menjadi calon pimpinan daerah atau kalau boleh lebih keras bahwa calon yang mereka sokong itu nggak ada yang beres, masa sih nggak ada calon yang lebih berkualitas dan lebih baik? saya tidak ingin melemahkan parpol (seperti kata mas Arya Fernandes di salah satu tulisan di blognya) tapi saya ingin mereka berubah, saya ingin mereka tidak hanya mengincar kekuasaan untuk kepentingan golongan mereka sendiri tapi benar - benar untuk kepentingan masyarakat banyak. Ini mungkin juga pesan kepada masyarakat bahwa berpikir panjang dan kritis itu penting ..

Bukan berarti saya apatis atau pesimis karena yakinlah jika ada calon yang baik dan bisa menghadirkan alasan untuk memilih dia meski alasan itu lemah sekalipun maka saya tidak akan ragu untuk menggunakan hak suara saya seperti halnya Pilpres tahun lalu. Ini bukan tentang orang baik membiarkan orang jahat menang tapi tentang saya sendiri yang memutuskan tidak memilh setelah berpikir panjang.

Saya memang belum mampu untuk maju mencalonkan diri menjadi pemimpin, maka daripada itu untuk saat ini yang bisa saya lakukan adalah tidak menggunakan hak pilih saya untuk memilih yang terbaik diantara yang buruk karena itu tetap saja .. buruk.

Komentar

Postingan Populer