Generalis & Spesialis.

Saya baru saja selesai membaca sebuah buku, ada sebuah bahasan yang membuat saya tertarik, tentang pilihan apakah menjadi generalis ataukah menjadi spesialis .. kayak dokter deh ada dokter umum ada juga dokter spesialis ya kan? dokter umum menangani keluhan - keluhan umum dari pasien, melakukan diagnosa secara general dan juga memberikan penanganan yang standard, baru kalau dirasa apa yang dialami pasien diluar kebiasaan barulah si pasien dirujuk ke dokter spesialis untuk analisa dan penanganan yang lebih dalam. Dari sini kelihatan kan bedanya?

Dalam hidup atau dalam proses belajar maupun bekerja kita selalu dihadapkan pada pilihan, dalam hal Generalis dan Spesialis ini kita sudah dihadapkan pada hal ini bahkan sejak masih dalam bangku pendidikan. Awalnya kita dididik menjadi generalis saat menempuh pendidikan SD sampai SMP, kita diminta belajar semuanya baik ilmu sosial maupun ilmu eksak, lalu saat masuk SMA dengan menggunakan kata2 "Penelusuran Minat & Bakat" maka kita diminta memilih IPA/IPS atau kalau dulu ada juga jurusan Bahasa, entah sekarang (Oh iya ini berlaku untuk yang ikut sekolah umum ya, saya justru salut sama mereka yang masuk ke sekolah kejuruan atas kesadaran sendiri, itu berarti mereka mengerti keinginan mereka dan berjuang untuk melakukan hal yang mereka sukai :) ). Nah saat SMA ini kita sudah diminta untuk menentukan "Spesialisasi" kita dengan dalih untuk menentukan minat di dunia perkuliahan (kalau kuliah), biasanya mereka yang masuk IPA punya target untuk masuk Fakultas Kedokteran atau Teknik saat nantinya menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi, sementara yang IPS akan memilih Fakultas Ekonomi, Hukum, FISIP.. And it's turn out to be a big joke when it comes to university level, anak IPA banyak yang masuk Fakultas Ekonomi dan anak IPS (yang dulu tidak banyak pilihan sekarang banyak) banyak yang masuk fakultas desain bahkan ada yang kedokteran, jadi kemana spesialisasinya? berarti penentuan IPA/IPS/Bahasa gak ada kaitannya dengan minat dan bakat dong? Bener! penentuan itu berdasarkan nilai rapot, kalau kamu minat IPA dan nilai di rapot mencukupi untuk itu maka kamu akan masuk IPA, kalau enggak ya terima nasib masuk IPS/Bahasa pun begitu pula sebaliknya, yang aneh dalam sistem pendidikan kita adalah biasanya kalau ada murid yang nilainya semua tinggi maka guru akan "mengarahkan" yang bersangkutan memilih IPA meskipun si murid ini lebih memiliki minat/bakat di IPS. sedangkan kalau ada yang nilainya pas2an maka guru akan "mengarahkan" (kalau tidak mau disebut "tidak memberikan pilihan lain") sang murid untuk masuk IPS/Bahasa. Bagaimana cara mengarahakannya? ah masak gitu aja gak ngerti :p katanya anak IPA #eh.

Semua akan dimulai setelah lulus kuliah dan masuk ke dunia kerja, kita secara gak langsung akan "dipaksa" menjadi spesialis pada awalnya, kita masuk kerja di industri perbankan (misalnya) otomatis ya kita harus mempelajari seluk beluk perbankan, nggak ada ceritanya kita belajar mengenai industri kimia atau industri alat berat secara detail di dunia perbankan. Setelah paham secara general kita akan diminta untuk men-spesialisasi-kan diri apakah mau menjadi spesialis untuk banking business atau operational banking. Pilihannya terserah .. kamu bisa pilih salah satu bisa juga pilih keduanya, ini yang saya sebut Generalist in Specialization.

Satu hal yang perlu disadari adalah bahwasanya otak kita bisa dipacu untuk mempelajari banyak hal tapi ada kalanya kalau kita terlalu detail mempelajari suatu hal maka kita akan melupakan hal lain secara detail juga, kapasitas otak kita tentu kita sendiri yang tahu. Karena itu "membuang" informasi yang nggak penting atau yang dirasa sudah nggak diperlukan lagi dari otak itu kadang2 diperlukan lho supaya informasi itu nggak bercampur aduk dan malah membuat bingung dan juga supaya ada tempat buat informasi baru untuk masuk dan menambah wawasan kita.

Saya sendiri lebih menyukai menjadi generalis, sebab memberikan saya pandangan yang lebih luas mengenai berbagai hal, kalau ada yang bertanya "kamu mau jadi apa di tempat ini? A? B? atau C?" maka jawaban saya akan begini "kalau saya bisa jadi A, B, dan C kenapa tidak?" intinya saya akan menyerahkan ke orang tersebut (dalam konteks pekerjaan) akan menjadikan saya apa, saya akan mencari tahu mengenai A, B dan C secara umum, dan apabila saya diputuskan untuk dijadikan A misalnya maka saya akan mencari tahu secara lebih dalam mengenai A sementara B dan C saya akan tetap menyimpan informasi mengenai mereka karena kemungkinan ketiganya akan saling berkaitan itu ada. Dan saya tetap akan menjadi seorang generalis bukan seorang "A spesialis" hehehe.

Satu quote menarik dari teman saya "Ilmu kita mungkin tinggi, tapi itu hanya titik kecil dari semua ilmu yang telah diciptakan Tuhan" 

Komentar

Postingan Populer